Senin, 03 Desember 2012

Infeksi Bakteri

130.    Meningitis Bakterialis
131.    Difteri
132.    Pertussis (Batuk Rejan)
133.    Bakteremia Tersembunyi
134.    Gastroenteritis Infeksiosa
135.    Infeksi Bakteri Pada Mata
136.    Abses Retrofaringeal
137.    Demam Rematik
138.    Infeksi Saluran Kemih Anak
139.    Infeksi Rotavirus

Meningitis Bakterialis

Meningitis Bakterialis adalah peradangan pada meningen (selaput otak) yang disebabkan oleh bakteri.

Meningitis paling sering menyerang anak-anak usia 1 bulan- 2 tahun.
Lebih jarang terjadi pada dewasa, kecuali mereka yang memiliki faktor resiko khusus.
Wabah meningitis meningokokus bisa terjadi dalam suatu lingkungan, misalnya perkemahan militer, asrama mahasiswa atau sekumpulan orang yang berhubungan dekat.

PENYEBAB
Bakteri yang menjadi penyebab dari lebih 80% kasus meningitis adalah:
# Neisseria meningitidis
# Hemophilus influenzae
# Streptococcus pneumoniae.
Ketiga jenis bakteri tersebut, dalam keadaan normal terdapat di lingkungan sekitar dan bahkan bisa hidup di dalam hidung dan sistem pernafasan manusia tanpa menyebabkan keluhan.Kadang ketiga organisme tersebut menginfeksi otak tanpa alasan tertentu.
Pada kasus lainnya, infeksi terjadi setelah suatu cedera kepala atau akibat kelainan sistem kekebalan.

Resiko terjadinya meningitis bakterialis meningkat pada:
- penyalahguna alkohol
- telah menjalani splenektomi (pengangkatan limpa)
- penderita infeksi telinga dan hidung menahun, pneumonia pneumokokus atau penyakit sel sabit.

Bakteri lainnya yang juga bisa menyebabkan meningitis adalah Escherichia coli (dalam keadaan normal ditemukan di dalam usus dan tinja) dan Klebsiella.
Infeksi karena bakteri ini biasanya terjadi setelah suatu cedera kepala, pembedahan otak atau medula spinalis, infeksi darah atau infeksi yang didapat di rumah sakit; infeksi ini lebih sering terjadi pada orang yang memiliki kelainan sistem kekebalan.

Penderita gagal ginjal atau pemakai kortikosteroid jangka panjang memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderit meningitis yang disebabkan oleh bakteri Listeria.

GEJALA
Demam, sakit kepala, kaku kuduk, sakit tenggorokan dan muntah (yang seringkali terjadi setelah kelainan sistem pernafasan), merupakan gejala awal yang utama dari meningitis.
Kaku kuduk bukan hanya terasa sakit, tetapi penderita tidak dapat atau merasakan nyeri ketika dagunya ditekuk/disentuhkan ke dadanya.

Penderita dewasa menjadi sangat sakit dalam waktu 24 jam, sedangkan anak-anak lebih cepat.
Anak yang lebh tua dan dewasa dapat menjadi mudah tersinggung, linglung dan sangat mengantuk. Bisa berkembang menjadi stupro, koma dan akhirnya meninggal.

Infeksi menyebabkan pembengkakan jaringan otak dan menghalangi aliran darah, sehingga timbul gejala-gejala stroke (termasuk kelumpuhan).
Beberapa penderita mengalami kejang.

Sindroma Waterhouse-Friderichsen merupakan infeksi oleh Neisseria meningitidis yang berkembang dengan cepat, dengan gejala berupa diare hebat, muntah, kejang, perdarahan internal, tekanan darah rendah, syok, yang seringkali berakhir dengan kematian.

Pada anak- anak yang berusia sampai 2 tahun, meningitis biasanya menyebabkan demam, gangguan makan, muntah, rewel, kejang dan menangis dengan nada tinggi (high pitch cry).
Kulit diatas ubun-ubun menjadi tegang dan ubun-ubun bisa menonjol.
Aliran cairan di sekeliling otak bisa mengalami penyumbatan, menyebabkan pelebaran tengkorak (keadaan yang disebut hidrosefalus).
Bayi yang berusia dibawah 1 tahun tidak mengalami kaku kuduk.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

Untuk menentukan penyebabnya, dilakukan pemeriksaan pungsi lumbal.
Sebuah jarum kecil dimasukkan diantara 2 tulang pada kolumna spinalis bagian bawah dan diambil contoh cairan serebrospinal.
Cairan diperiksa dibawah mikroskop dan dibiakkan. Untuk membantu menentukan jenis infeksi, juga dilakukan pemeriksaan kadar gula, protein serta jumlah dan jenis sel darah putih di dalam cairan serebrospinal.

Untuk memperkuat diagnosis, juga dilakukan pembiakan dari contoh darah, air kemih, lendir hidung dan tenggorokan serta nanah dari infeksi kulit.

KOMPLIKASI
Meningitis bakterialis (terutama yang disebabkan oleh Neisseria meningitidis) bisa menyebabkan tekanan darah yang sangat rendah, sehingga penderita memerlukan cairan tambahan dan obat-obatan untuk mengatasi keadaan tersebut.

PENGOBATAN
Segera diberikan antibiotik intravena dan kortikosteroid intravena untuk menekan peradangan.

Cairan diberikan untuk menggantikan kehilangan cairan karena demam, berkeringat, muntah dan nafsu makan yang buruk.

PROGNOSIS
Jika segera diberikan pengobatan, maka jumlah penderita yang meninggal mencapai kurang dari 10%.
Tetapi jika diagnosis maupun pengobatannya tertunda, maka bisa terjadi kerusakan otak yang menetap atau kematian, terutama pada anak yang sangat kecil dan pada usia lanjut.

Sebagian besar penderita bisa sembuh sempurna, tetapi beberapa penderita sering mengalami kejang.
Gejala sisa lainnya adalah kelainan mental yang menetap serta kelumpuhan.

PENCEGAHAN
Suatu vaksin dapat membantu mencegah meningitis yang disebabkan Neisseria meningitidis.
Vaksin ini terutama digunakan jika terjadi wabah, pada populasi yang terancam wabah dan pada orang-orang yang mengalami pemaparan bakteri yang berulang.

Kepada anggota keluarga, petugas kesehatan dan orang lainnya yang berhubungan dengan penderita meningitis karena Neisseria meningitidis, juga diberikan antibiotik (misalnya rifampin atau minosiklin).

Anak-anak harus mendapatkan imunisasi rutin dengan vaksin Hemophilus influenzae tipe B, yang membantu mencegah terjadinya meningitis yang paling sering terjadi pada anak-anak.
 

Difteri

Difteri adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil toksin (racun) Corynebacterium diphtheriae.

Beberapa tahun yang lalu, difteri merupakan penyebab utama kematian pada anak-anak. Saat ini, di negara berkembang, difteri jarang ditemukan karena vaksin difteri telah digunakan secara meluas.

Biasanya penyakit ini menyerang saluran pernafasan (terutama laring, amandel dan tenggorokan); tetapi bisa juga menyerang kulit dan toksin yang dihasilkan bisa menyebabkan kerusakan pada saraf dan jantung.

PENYEBAB
Penyebabnya adalah bakteri Corynebacterium diphtheriae.
Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah yang berasal dari batuk penderita atau benda maupun makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri.
Biasanya bakteri berkembangbiak pada atau di sekitar permukaan selaput lendir mulut atau tenggorokan dan menyebabkan peradangan.
Beberapa jenis bakteri ini menghasilkan toksin yang sangat kuat, yang dapat menyebabkan kerusakan pada jantung dan otak.

GEJALA
Gejala mulai timbul dalam waktu 1-4 hari setelah terinfeksi.
Biasanya diawali dengan nyeri tenggorokan yang ringan dan nyeri ketika menelan. Anak mengalami demam ringan, denyut jantungnya cepat, mual, muntah, menggigil dan sakit kepala.
Mungkin terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di leher.

Jika bakteri sampai ke hidung, hidung akan meler (biasanya hanya dari salah satu lubang hidung).
Peradangan bisa menyebar dari tenggorokan ke pita suara (laring) dan menyebabkan pembengkakan tenggorokan sehingga saluran udara menyempit dan terjadi gangguan pernafasan.

Bakteri membentuk suatu pseudomembran (lapisan selaput yang terdiri dari sel darah putih yang mati, bakteri dan bahan lainnya), di dekat amandel dan bagian tenggorokan yang lain.
Pseudomembran ini tidak mudah robek dan berwarna abu-abu. Jika pseudomembran dilepaskan secara paksa, maka lapisan lendir di bawahnya akan berdarah.
Pseudomembran bisa menyebabkan penyempitan saluran udara atau secara tiba-tiba bisa terlepas dan menyumbat saluran udara, sehingga anak mengalami kesulitan bernafas. Bisa terjadi apneu (henti nafas) dan sianosis (kulit tampak kebiruan karena kekurangan oksigen).
Pada difteri yang ringan jarang terbentuk pseudomembran.

Jika bakteri melepaskan toksin, maka toksin ini akan beredar melalui aliran darah dan bisa menyebabkan kerusakan jaringan di seluruh tubuh, terutama jantung dan saraf.
Kerusakan pada otot jantung (miokarditis) biasanya terjadi pada hari ke 10-14, tetapi hal ini bisa terjadi kapan saja selama minggu pertama sampai minggu keenam. Kerusakan jantung bisa bersifat ringan, tampak sebagai kelainan ringan pada EKG; atau bersifat sangat berat, menyebabkan gagal jantung dan kematian mendadak.

Toksin biasanya menyerang saraf tertentu, misalnya saraf di tenggorokan sehingga penderita mengalami kesulitan menelan. Hal ini seringkali terjadi pada minggu pertama.
Antara minggu ketiga sampai minggu keenam, bisa terjadi peradangan pada saraf lengan dan tungkai, sehingga terjadi kelemahan pada lengan dan tungkai.
Pemulihan jantung dan saraf berlangsung secara perlahan selama berminggu-minggu.

Difteri juga bisa menyerang kulit dan keadaannya disebut difteri kutaneus, yang terutama ditemukan pada orang-orang dengan tingkat kebersihan yang jelek.
Kadang difteri menyerang mata.


DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik (ditemukan pseudomembran).
Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan terhadap apus tenggorokan dan dibuat biakan di laboratorium.
Untuk melihat kelainan jantung, bisa dilakukan pemeriksaan EKG.


KOMPLIKASI

Racun difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, sistem saraf, ginjal ataupun organ lainnya:
# Miokarditis bisa menyebabkan gagal jantung
# Kelumpuhan saraf atau neuritis perifer menyebabkan gerakan menjadi tidak terkoordinasi dan gejala lainnya (timbul dalam waktu 3-7 minggu)
# Kerusakan saraf yang berat bisa menyebabkan kelumpuhan
# Kerusakan ginjal (nefritis).

PENGOBATAN
Seorang anak yang menderita difteri dirawat di rumah sakit, di unit perawatan intensif.
Segera diberikan antitoksin (antibodi untuk menetralisir racun difteri), dalam bentuk suntikan melalui otot maupun pembuluh darah.
Dilakukan pemantauan ketat terhadap sistem pernafasan dan jantung.
Untuk melenyapkan bakteri difteri, diberikan antibiotik (misalnya penicillin atau eritromycin).


PROGNOSIS

Angka kematian adalah sebesar 10%.
Pemulihan difteri yang berat berlangsung perlahan dan anak tidak boleh terlalu banyak bergerak, karena kelelahan bisa melukai jantung yang meradang.

PENCEGAHAN
Untuk mencegah penyakit ini, dilakukan imunisasi rutin pada masa kanak-kanak (DPT) dan booster setelah dewasa (DT).

Semua orang yang berhubungan dengan penderita difteri (termasuk petugas rumah sakit) harus menjalani pemeriksaan apus tenggorokan. Sebagai tindakan pencegahan, diberikan antibiotik selama 7 hari.
Jika belum pernah mendapatkan vaksinasi atau belum mendapatkan booster dalam 5 tahun terakhir, maka diberikan dosis vaksinasi atau dosis booster.
Seorang karier (hasil biakan positif, tetapi tidak menunjukkan gejala) dapat menularkan difteri, karena itu diberikan antibiotik dan dilakukan pembiakan ulang pada apus tenggorokannya.

Kekebalan hanya diiperoleh selama 10 tahun setelah mendapatkan imunisasi, karena itu orang dewasa sebaiknya menjalani vaksinasi booster setiap 10 tahun. 
 
 
 

Pertussis (Batuk Rejan)

Pertusis (Batuk Rejan, Whooping Cough) adalah infeksi bakteri pada saluran pernafasan yang sangat menular dan menyebabkan batuk yang biasanya diakhiri dengan suara pernafasan dalam bernada tinggi (melengking).

Pertusis bisa terjadi pada usia berapapun, tetapi 50% kasus ditemukan pada anak berumur dibawah 4 tahun.
Serangan pertusis yang pertama tidak selalu memberikan kekebalan penuh. Jika terjadi serangan pertusis kedua, biasanya bersifat ringan dan tidak selalu dikenali sebagai pertusis.

PENYEBAB
Penyebabnya adalah bakteri Bordetella pertussis.
Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah penderita.

GEJALA
Gejala timbul dalam waktu 7-10 hari setelah terinfeksi.
Bakteri menginfeksi lapisan tenggorokan, trakea dan saluran udara sehingga pembentukan lendir semakin banyak. Pada awalnya lendir encer, tetapi kemudian menjadi kental dan lengket.

Infeksi berlangsung selama 6 minggu, dan berkembang melalui 3 tahapan:

   1. Tahap kataral (mulai terjadi secara bertahap dalam waktu 7-10 hari setelah terinfeksi)
      Gejalanya menyerupai flu ringan:
      - Bersin-bersin
      - Mata berair
      - Nafsu makan berkurang
      - Lesu
      - Batuk (pada awalnya hanya timbul di malam hari kemudian terjadi sepanjang hari).
   2. Tahap paroksismal (mulai timbul dalam waktu 10-14 hari setelah timbulnya gejala awal)
      5-15 kali batuk diikuti dengan menghirup nafas dalam dengan nada tinggi. Setelah beberapa kali bernafas normal, batuk kembali terjadi diakhiri dengan menghirup nafas bernada tinggi.
      Batuk bisa disertai pengeluaran sejumlah besar lendir yang biasanya ditelan oleh bayi/anak-anak atau tampak sebagai gelembung udara di hidungnya).
      Batuk atau lendir yang kental sering merangsang terjadinya muntah.
      Serangan batuk bisa diakhiri oleh penurunan kesadaran yang bersifat sementara.
      Pada bayi, apneu (henti nafas) dan tersedak lebih sering terjadi dibandingkan dengan tarikan nafas yang bernada tinggi.
   3. Tahap konvalesen (mulai terjadi dalam waktu 4-6 minggu setelah gejala awal)
      Batuk semakin berkurang, muntah juga berkurang, anak tampak merasa lebih baik.
      Kadang batuk terjadi selama berbulan-bulan, biasanya akibat iritasi saluran pernafasan.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut:
- Pembiakan lendir hidung dan mulut
- Pembiakan apus tenggorokan
- Pemeriksaan darah lengkap (terjadi peningkatan jumlah sel darah putih yang ditandai dengan sejumlah besar limfosit)
- Pemeriksaan serologis untuk Bordetella pertussis
- ELISA.

PENGOBATAN
Jika penyakitnya berat, penderita biasanya dirawat di rumah sakit.
Mereka ditempatkan di dalam kamar yang tenang dan tidak terlalu terang. Keributan bisa merangsang serangan batuk.

Bisa dilakukan pengisapan lendir dari tenggorokan.
Pada kasus yang berat, oksigen diberikan langsung ke paru-paru melalui selang yang dimasukkan ke trakea.

Untuk menggantikan cairan yang hilang karena muntah dan karena bayi biasanya tidak dapat makan akibat batuk, maka diberikan cairan melalui infus.
Gizi yang baik sangat penting, dan sebaiknya makanan diberikan dalam porsi kecil tetapi sering.

Untuk membasmi bakteri, biasanya diberikan antibiotik eritromycin.


PROGNOSIS
Sebagian besar pendrita mengalami pemulihan total, meskipun berlangsung lambat.
Sekitar 1-2% anak yang berusia dibawah 1 tahun meninggal. Kematian terjadi karena berkurangnya oksigen ke otak (ensefalopati anoksia) dan bronkopneumonia.

PENCEGAHAN
Vaksin pertusis merupakan bagian dari imunisasi pada masa kanak-kanak (biasanya dalam bentuk vaksin DPT).  
 
 
 

Bakteremia Tersembunyi

Bakteremia Tersembunyi adalah adanya bakteri di dalam darah, tetapi tidak terjadi infeksi dan anak tidak tampak sakit.

PENYEBAB
Bakteremia tersembunyi terjadi pada 4% bayi berumur 1-24 bulan yang mengalami demam.
Pada lebih dari 75% kasus, bakterinya adalah Streptococcus pneumoniae.

GEJALA
Kadang anak menderita infeksi saluran pernafasan ringan atau nyeri tenggorokan, tetapi seringkali gejalanya hanya berupa demam (biasanya 38,5 derajat Celsius atau lebih).

DIAGNOSA
Pada pemeriksaan darah ditemukan adanya bakteri.

PENGOBATAN
Bakteremia tersembunyi diobati dengan antibiotik.
 
 

Gastroenteritis Infeksiosa

Gastroenteritis Infeksiosa adalah suatu infeksi saluran pencernaan yang menyebabkan muntah dan diare.

PENYEBAB
Gastroenteritis bisa disebabkan oleh sejumlah bakteri. Beberapa bakteri menyebabkan gejala melalui racun yang dihasilkannya, sedangkan bakteri lain tumbuh di dalam dinding usus. Jika bakteri tumbuh di dalam dinding usus, mereka bisa masuk ke dalam aliran darah.

Virus dan parasit (misalnya Giardia) juga bisa menyebabkan gastroenteritis.
Rotavirus merupakan penyebab dari hampir separuh kasus diare berat.

GEJALA
Biasanya gastroenteritis menyebabkan muntah dan diare.

Dalam waktu 24 jam setelah terjadinya gastroenteritis, bayi yang berumur dibawah 6 bulan bisa mengalami dehidrasi (kehilangan sejumlah besar cairan dan elektrolit).
Jika muntah dan diarenya berat sedangkan asupan cairannya sedikit, dalam waktu 24 jam setiap anak bisa mengalami dehidrasi.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
- nafsu makannya berkurang
- mulutnya kering
- demam
- produksi air kemihnya berkurang
- merasa haus
- berat badannya menurun.

Dehidrasi berat bisa menyebabkan mata menjadi cekung dan kering, serta ubun-ubun menjadi cekung. Anak tampak mengantuk.
Pada bayi yang lebih tua dan anak-anak yang gemuk, dehidrasi bisa menyebabkan mereka tampak lemas, kulitnya hangat, kering serta keriput dan matanya kering.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Untuk menentukan penyebabnya, dilakukan pemeriksaan terhadap tinja penderita.

PENGOBATAN
Untuk menggantikan cairan yang hilang karena muntah dan diare, segera diberikan cairan dan elektrolit, biasanya dalam bentuk minuman atau jika dehidrasinya berat, diberikan dalam bentuk infus.

Kepada bayi yang lebih tua, antibiotik hanya diberikan jika penyebabnya adalah bakteri atau parasit.
Kepada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan atau menderita gangguan sistem kekebalan, diberikan antibiotik meskipun tidak terdapat tanda-tanda infeksi di luar usus.

Jika penyebabnya virus, tidak perlu diberikan antibiotik.
Jika diare terjadi ketika tengah mengadakan perjalanan keluar kota dan diarenya berat atau menetap, seringkali diberikan antibiotik. 
 
 
 

Infeksi Bakteri Pada Mata

Selulitis Periorbitalis adalah suatu infeksi akut pada jaringan di sekeliling mata.
Selulitis Orbitalis adalah suatu infeksi akut di dalam kantung mata.

Selulitis periorbitalis tidak menyebabkan proptosis (penonjolan bola mata) dan tidak menyebabkan gangguan pergerakan bola mata, tetapi jika tidak diobati bisa berkembang menjadi selulitis orbitalis.

PENYEBAB
Pada anak-anak, selulitis orbitalis biasanya berasal dari infeksi sinus dan disebabkan oleh bakteri Haemophilus influenzae.
Organisme lainnya adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae dan Beta hemolytic streptococci.

Bayi dan anak-anak yang berumur dibawah 6-7 tahun tampaknya sangat rentan terhadap infeksi oleh Hemophilus influenzae.
Faktor resiko terjadinya infeksi oleh H. influenzae adalah infeksi sinus dan cedera pada kelopak mata (karena gigitan serangga maupun benda asing).

GEJALA
Gejalanya berupa:
- Demam, biasanya sampai 38,9 derajat Celsius atau lebih
- Kelopak mata atas dan bawah membengkak dan nyeri
- Kelopak mata tampak mengkilat dan berwarna merah atau ungu
- Bayi atau anak tampak sakit
- Jika mata digerakkan, akan timbul nyeri
- Penglihatan menurun (karena kelopak mata membengkak menutupi mata)
- Mata menonjol
- Merasa tidak enak badan
- Gerakan mata menjadi terbatas.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
# Pemeriksaan darah lengkap
# Pembiakan dan tes sensitivitias darah
# Pungsi lumbal (pada kasus yang sangat berat)
# Rontgen sinus dan orbita
# CT scan atau MRI sinus dan orbita
# Pembiakan kotoran mata
# Pembiakan lendir hidung
# Pembiakan lendir tenggorokan.

PENGOBATAN
Penderita sebaiknya dirawat di rumah sakit.
Diberikan cairan melalui infus dan antibiotik.
Jika terbentuk abses (penimbunan nanah), dilakukan pembedahan untuk membuang nanahnya.
Infeksi ini perkembangannya sangat cepat karena itu harus dipantau secara ketat.

Jika segera diobati, akan terjadi pemulihan sempurna.
Komplikasinya berupa:
# Trombosis sinus kavernosus
# Gangguan pendengaran
# Septikemia (infeksi darah)
# Meningitis (peradangan selaput otak)
# Kerusakan saraf optik dan gangguan penglihatan.

PENCEGAHAN
Penyakit ini bisa dicegah melalui imunisasi vaksin HiB untuk mencegah terjadinya infeksi Haemophilus pada anak-anak.

Evaluasi yang tepat dan pengobatan dini pada infeksi sinus maupun gigi bisa mencegah penyebaran infeksi ke mata. 
 
 

Abses Retrofaringeal

Abses Retrofaringeal adalah suatu penimbunan nanah di dalam jaringan tenggorokan bagian belakang.

PENYEBAB
Abses biasanya disebabkan oleh infeksi streptokokus yang berasal dari amandel, tenggorokan, sinus, adenoid, hidung atau telinga tengah.
Kadang cedera pada tenggorokan bagian belakang akibat tertusuk duri ikan juga bisa menyebabkan abses retrofaringeal.
Meskipun jarang, abses retrofaringel juga bisa disebabkan oleh tuberkulosis.

Abses retrofaringeal biasanya menyerang anak yang berumur kurang dari 5 tahun.
Jaringan pada tenggorokan bagian belakang anak-anak memungkinkan terbentuknya rongga berisi nanah (dimana hal ini tidak terjadi pada orang dewasa).
Infeksi di daerah ini bisa terjadi selama atau segera setelah infeksi tenggorokan oleh bakteri.

GEJALA
Gejalanya berupa:
- Riwayat nyeri tenggorokan, infeksi hidung atau abses gigi
- Demam tinggi
- Nyeri tenggorokan hebat
- Pembengkakan kelenjar getah bening leher
- Kesulitan menelan
- Ngiler
- Gangguan pernafasan
- Retraksi interkostal (penarikan otot sela iga ketika penderita berusaha keras untuk bernafas)
- Stridor (suara pernafasan yang kasar).


KOMPLIKASI
# Perdarahan di sekitar abses
# Pecahnya abses ke dalam saluran udara (yang bisa menyebabkan penyumbatan saluran udara)
# Pneumonia
# Penyebaran infeksi ke dada.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Rontgen atau CT scan leher menunjukkan adanya rongga berisi nanah diantara tenggorokan dan tulang belakang leher.

Pemeriksaan darah menunjukkan adanya peningkatan jumlah sel darah putih.
Pembiakan lendir tenggorokan bisa menunjukkan adanya organisme penyebab.

PENGOBATAN
Untuk mengatasi infeksi dilakukan pembedahan drainase (untuk membuang nanah) dan diberikan antibiotik dosis tinggi melalui infus.

PENCEGAHAN
Diagnosis dan pengobatan yang tepat pada faringitis dan infeksi nasofaringeal biasanya bisa mencegah terjadinya abses retrofaringeal.
 
 
 

Demam Rematik

Demam Rematik adalah suatu peradangan pada persendian (artritis) dan jantung (karditis).

PENYEBAB
Demam rematik biasanya terjadi akibat infeksi streptokokus pada tenggorokan.
Demam rematik bukan merupakan suatu infeksi, tetapi merupakan suatu reaksi peradangan terhadap infeksi, yang menyerang berbagai bagian tubuh (misalnya persendian, jantung, kulit).

Resiko terjadinya demam rematik meningkat pada status gizi yang buruk dan tempat tinggal yang sesak.
Kemungkinan terjadinya demam rematik pada infeksi streptokokus ringan yang tidak diobati adalah 1 diantara 1.000; sedangkan pada infeksi yang lebih berat meningkat menjadi 3 diantar 100.

GEJALA
Gejalanya bervariasi, tergantung kepada bagian tubuh yang meradang.
Biasanya gejala timbul beberapa minggu setelah nyeri tenggorokan akibat streptokokus menghilang.

Gejala utamanya adalah:
- nyeri persendian (artritis)
- nyeri dada atau palpitasi (jantung berdebar) karena karditis
- renjatan/kedutan diluar kesadaran (corea Sydenham)
- ruam kulit (eritema marginatum)
- benjolan kecil dibawah kulit (nodul).

Gejala awal yang paling sering ditemukan adalah nyeri persendian dan demam. 1 atau beberapa persendian secara tiba-tiba menjadi nyeri dan bila disentuh terasa nyeri. Persendian juga mungkin tampak merah, teraba hangat dan membengkak dan mungkin mengandung cairan.
Yang paling sering terkena adalah sendi pergelangan kaki, lutut, sikut dan pergelangan tangan; kadang artritis juga menyerang sendi bahu, pinggul dan persendian kecil di tangan dan kaki.
Jika nyeri pada suatu persendian menghilang, maka akan timbul nyeri pada persendian yang lain, terutama pada anak yang tidak menjalani istirahat baring dan tidak mendapatkan obat anti peradangan.
Kadang nyeri sendi ini sifatnya sangat ringan.
Demam timbul secara tiba-tiba dan bersamaan dengan timbulnya nyeri persendian; demam bersifat turun-naik.
Nyeri persendian dan demam biasanya berlangsung selama 2 minggu dan jarang berlangsung lebih dari 1 bulan.

Peradangan jantung seringkali timbul bersamaan dengan nyeri persendian dan demam.
Pada awalnya, peradangan jantung tidak menimbulkan gejala.
Peradangan pada kantung jantung menimbulkan nyeri dada.
Bisa terjadi gagal jantung, dengan gejala:
- sesak nafas
- mual
- muntah
- nyeri lambung
- batuk kering.
Peradangan jantung menyebabkan anak mudah mengalami kelelahan.

Karditis menghilang secara beratahap, biasanya dalam waktu 5 bulan. Tetapi mungkin saja terjadi kerusakan permanen pada katup jantung sehingga terjadi penyakit jantung rematik.
Yang paling sering terkena adalah katup antara atrium dan ventrikel kiri (katup mitral). Bisa terjadi kebocoran pada katu (regurgitasi katup mitral) atau penyempitan (stenosis katup mitral) atau keduanya.

Korea Sydenham timbul secara bertahap, dalam waktu 1 bulan biasanya korea semakin berat. Anak menunjukkan gerakan yang cepat dan tidak bertujuan, yang menghilang selama tidur. Gerakan tersebut melibatkan setiap otot kecuali otot mata. Wajahnya sering menyeringai.
Pada kasus yang ringan anak tampak kaku dan sedikit mengalami kesulitan dalam berpakaian dan makan.
Pada kasus yang berat, anak sering melakukan hal-hal yang dapat melukai dirinya sendiri (memukul-mukul lengan atau tungkainya sendiri).
Korea biasanya menghilang secara bertahap setelah 4 bulan, tetapi kadang berlangsung selama 6-8 bulan.

Pada saat gejala lainnya menghilang, timbul ruam datar dengan pinggiran yang bergelombang dan tidak disertai nyeri. Ruam ini berlangsung pendek, kadang kurang dari 24 jam.

Pada anak yang menderita peradangan jantung biasanya ditemukan benjolan kecil dibawah kulitnya. Nodul ini biasanya tidak menimbulkan nyeri dan akan menghilang dengan sendirinya.

Kadang anak mengalami nyeri perut yang hebat dan nafsu makannya berkurang.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.
Pada pemeriksaan fisik dengan bantuan stetoskop mungkin akan terdengar bunyi jantung tambahan (murmur).

Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
# Pemeriksaan darah
- jumlah sel darah putih bertambah
- laju endap darah meningkat
- antibodi terhadap streptokokus
# EKG
# Ekokardiogram.

PENGOBATAN
Pengobatan demam rematik memiliki 3 tujuan:
- Menyembuhkan infeksi streptokokus dan mencegah kekambuhan
- Mengurangi peradangan,t erutama pada persendian dan jantung
- Membatasi aktivitas fisik yang dapat memperburuk organ yang meradang.

Jika terjadi infeksi streptokokus (misalnya strep throat), diberikan antibiotik penisilin selama 10 hari.
Kepada anak yang menderita demam rematik diberikan suntikan penisilin untuk membasmi infeksi yang tersisa.

Untuk mengurangi peradangan dan nyeri, diberikan NSAIDs (obat anti peradangan non-steroid) dalam dosis tinggi, terutama jika telah terjadi artritis.
Kadang perlu digunakan obat pereda nyeri yang lebih kuat (misalnya kodein).
Pada karditis yang berat diberikan kortikosteroid (misalnya prednison).

Anak harus menjalani tirah baring. Aktivitasnya harus dibatasi untuk menghindari stres pada sendi yang meradang. Jika jantung juga meradang, anak harus lebih banyak menjalani tirah baring.

Jika terjadi kerusakan katup jantung, maka sepanjang hidupnya penderita akan memiliki resiko menderita infeksi katup (endokarditis).
Sampai usia 18 tahun, untuk membantu mencegah infeksi, kepada anak-anak yang menderita demam rematik sebaiknya diberikan penisilin per-oral (melalui mulut) atau melalui suntikan bulanan.
Anak-anak yang mengalami kerusakan katup jantung harus selalu mengkonsumsi antibiotik sebelum menjalani setiap jenis pembedahan, termasuk pencabutan gigi.

PENCEGAHAN
Cara terbaik untuk mencegah demam rematik adalah gizi yang baik dan pengobatan antibiotik pada setiap infeksi streptokokus.
 
 
 
 

Infeksi Saluran Kemih Anak

Infeksi saluran kemih (UTI=urinary tract infection) adalah infeksi bakteri pada kandung kemih (cystitis) atau ginjal (pyelonephritis).

Infeksi saluran kemih biasa di lingkungan anak-anak. Semua yang berhubungan dengan UTI disebabkan oleh bakteri yang masuk ke saluran kemih terbuka dan bergerak ke atas kandung kemih dan kadangkala ginjal. Jarang terjadi, pada infeksi akut, bakteri bisa memasuki aliran darah dari ginjal dan menyebabkan infeksi pada aliran darah (sepsis) atau pada organ-organ lainnya.

Selama masa bayi, anak laki-laki lebih sering mengalami UTI. Setelah masa bayi, anak perempuan lebih sering mengalaminya. UTI lebih sering terjadi pada anak perempuan disebabkan saluran kemih mereka pendek membuat bakteri mudah bergerak ke saluran kemih. Bayi laki-laki yang belum disunat(karena bakteri cenderung tersimpan di bawah kulit khitan) dan anak kecil dengan sembelit akut juga lebih mudah mendapatkan UTI.

UTI pada anak usia sekolah yang lebih tua dan remaja sedikit berbeda dari UTI pada orang dewasa. Bayi yang lebih muda dan anak-anak yang mengalami UTIs, meskipun begitu, lebih sering terjadi memiliki berbagai struktur yang tidak normal pada sistem saluran kemih mereka yang membuat mereka lebih mudah terkena infeksi saluran kemih.

Ketidaknormalan ini termasuk vesicoureteral reflux (ketidaknormalan pada saluran kencing-pipa yang menghubungkan ginjal dengan kandung kemih-yang membuat air seni melewati bagian belakang dari kandung kemih ke atas ginjal) dan jumlah keadaan yang menyumbat aliran air seni. Sebanyak 50% bayi yang baru lahir dan bayi dengan UTI dan 20 sampai 30% pada usia sekolah dengan UTI mengalami beberapa ketidaknormalan.

Hingga 50% bayi dan anak prasekolah dengan UTI-khususnya mereka yang demam-mengalami infeksi kandung kemih dan ginjal. Jika ginjal terinfeksi dan reflex menjadi parah, 5 sampai 20 % anak mengalami ginjal yang terluka. Jika sedikit atau tidak ada reflux, sangat sedikit anak-anak yang mengalami luka di ginjalnya. Luka menjadi perhatian karena hal ini bisa menyebabkan tekanan darah tinggi dan kerusakan fungsi ginjal pada masa dewasa.

PENYEBAB

Bayi yang baru lahir atau bayi dengan UTI bisa tidak memiliki gejala selain demam. Kadangkala mereka tidak makan dengan baik, lembam (lesu), muntah, atau mengalami diare. Anak yang lebih tua dengan infeksi kandung kemih biasanya mengalami rasa sakit selama buang air kecil, keinginan untuk buang air kecil dengan sering dan segera, dan rasa sakit pada bagian kandung kemih.

Mereka kemungkinan mengalami kesulitan buang air kecil atau menunda buang air kecil (incontinence). Air kencing tercium berbau busuk. Anak yang menderita infeksi ginjal biasanya mengalami rasa sakit di sebelah atau di belakang ginjal yang terinfeksi, demam, menggigil dan gejala umum karena sakit (malaise).

DIAGNOSA

Seorang dokter mendiagnosa UTI dengan meneliti air seni. Latihan bertoilet anak-anak bisa menghasilkan contoh air seni dengan buang air kecil ke dalam sebuah cangkir setelah secara menyeluruh membersihkan saluran kemih yang terbuka. Dokter memperoleh air kemih dari anak kecil dan bayi dengan memasukkan sebuah lempengan, elastis, pipa steril (kateter) melalui saluran kemih terbuka ke dalam kandung kemih. Pada bayi, dokter kadangkala mengeluarkan air kemih dari kandung kemih dengan jarum yang dimasukkan melalui kulit persis di atas tulang pubic. Air kemih yang dikumpulkan di tas plastik terikat pada daerah kelamin anak tidak membantu sekali karenan hal ini seringkali terkontaminasi dengan bakteri dan benda lainnya dari kulit.

Untuk mendeteksi sel darah putih dan bakteri pada air kemih, yang terjadi pada UTI, laboratorium meneliti air kemih dengan mikroskop dan melakukan beberapa pemeriksaan kimia. Laboratorium juga melakukan pembiakan pada air kemih untuk meningkatkan dan mengidentifikasi bakteri apapun yang ada. Pembiakan adalah pemeriksaan yang paling signifikan.

Umumnya, anak laki-laki pada segala usia dan anak perempuan yang lebih muda dari 2 tahun yang mengalami meskipun UTI tunggal membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut untuk melihat ketidaknormalan struktur pada sistem saluran kemih. Anak perempuan yang lebih tua yang telah mengalami infeksi berulang juga membutuhkan pemeriksaan ini. Pemeriksaan tersebut termasuk ultrasonic, yang mengidentifikasi ketidaknormalan penghalang ginjal, dan penghindar cystourethrography, yang mengidentifikasi lebih lanjut ketidaknormalan pada ginjal, saluran kemih, dan kandung kemih dan bisa mengidentifikasi ketika aliran air kemih berbalik sebagian (reflux).

Untuk cystourethrography penghindar, sebuah kateter dipasang melalui saluran kemih ke kandung kemih, sebuah pewarna dimasukkan melalui chateter, dan sinar-X digunakan sebelum dan setelah anak buang air kecil. Pemeriksaan lain, radionuclide cystourethrography, adalah cara yang sama seperti cystourethrography penghindar, kecuali jika senyawa radioaktiv ditempatkan pada kandung kemih dan gambar diambil menggunakan sebuah nuclear scanner.

Prosedur ini menekan ovarium anak atau testis untuk mengurangi radiasi dibandingkan dengan cystourethrography. Meskipun begitu, radionuclide cystourethrography lebih berguna sekali untuk mengikuti penyembuhan pada reflux dibandingkan mendiagnosanya, karena struktur tidak menguraikan dengan baik sebagaimana cystourethrography.

Jenis lain pada pemindaian nuklir kemungkinan digunakan untuk memastikan diagnosa pada pyelonephritis dan mengidentifikasikan luka pada ginjal.

PENGOBATAN

UTI diobati dengan antibiotik. Anak yang kelihatan sangat kesakitan atau yang pemeriksaam awalnya menhasilkan dugaan UTI diberikan antibiotik sebelum hasil biakan tersedia. Sebaliknya, dokter menunggu hasil pembiakan untuk memastikan diagnosa. Anak yang sangat sakit dan setiap bayi yang baru lahir diberikan antibiotik melalui mulut. Pengobatan biasanya berakhir 7 sampai 14 hari. Anak yang membutuhkan pemeriksaan untuk diagnosa ketidaknormalan struktur seringkali melanjutkan pengobatan antibiotik pada dosis rendah sampai pemeriksaan selesai.

Beberapa anak dengan kelainan struktural pada saluran kemih membutuhkan operasi untuk memperbaiki masalahnya. Yang lainnya membutuhkan antibiotik setiap hari untuk mencegah infeksi. Kelainan ringan tertentu hilang dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan.

PENCEGAHAN

Pencegahan UTI adalah sulit, namun pengetahuan kesehatan yang sesuai bisa membantu. Anak perempuan harus diajarkan untuk membersihkan sendiri dari depan ke belakang (begitu sebaliknya dari belakang ke depan) setelah buang air besar untuk memperkecil kesempatan bakteri memasuki saluran air kemih terbuka.

Menghindari mandi bathtub dengan sabun gelembung terlalu sering, yang bisa mengiritasi kulit sekitar saluran air kemih yang terbuka baik pada anak laki-laki maupun anak perempuan, bisa membantu mengurangi resiko UTI. Sunat pada anak laki-laki mengurangi resiko UTI selama bayi sekitar 10 kali, meskipun hal ini tidak jelas apakah hal ini bermanfaat bagi dirinya adalah sebuah alasan yang cukup untuk melakukan sunat. Buang air kecil teratur dan buang air besar teratur bisa mengurangi resiko infeksi saluran kencing. 
 
 
 
 

Infeksi Rotavirus

Rotavirus adalah virus yang umum dan menular yang menyebabkan muntah dan diare.
 
PENYEBAB

Rotavirus adalah salah satu yang paling sering menyebabkan diare pada anak. Di Amerika Serikat, sekitar 50.000 anak setiap tahun dirawat di rumah sakit karena diare yang disebabkan oleh rotavirus. Meskipun hampir tidak semua anak meninggal di Amerika Serikat karena rotavirus, di seluruh dunia virus tersebut menyebabkan lebih dari 600.000 kematian dalam satu tahun, kebanyakan di negara berkembang.

Infeksi menyebar terutama dengan menelan materi yang terkontaminasi oleh virus. Orang dewasa bisa menjadi terinfeksi, tetapi penyakit yang serius jarang terjadi.

GEJALA

Gejala diawali dengan demam dan muntah, diikuti dengan mencret-mencret, yang biasanya berlangsung 5 sampai 7 hari. Jika kehilangan cairan tidak digantikan, terbentuk dehidrasi. Dehidrasi membuat anak lemas dan lesu, dengan mulut kering dan detak jantung cepat.

DIAGNOSA

Dokter biasanya tidak melakukan tes untuk mendeteksi rotavirus sampai mereka berusaha untuk mengidentifikasikan perjangkitan. Ketika diperlukan, contoh tinja dikirim untuk tes antigen cepat.

PENGOBATAN

Tidak terdapat pengobatan khusus untuk rotavirus. Kebanyakan anak menjadi sembuh dengan cairan pengganti yang diminum. Anak yang sakit serius membutuhkan cairan infus.

PENCEGAHAN

Mempraktekkan ilmu kesehatan yang baik adalah pencegahan terbaik. Seorang anak yang sakit dan orang di dalam rumah tangga harus sering mencuci tangan mereka. Sebagai tambahan, vaksin oral baru untuk mencegah infeksi rotavirus saat ini dianjurkan untuk diberikan pada usia 2, 4, dan 6 bulan.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar