Senin, 03 Desember 2012

Infeksi Virus

140.    Campak
141.    Campak Jerman
142.    Cacar Air
143.    Gondongan
144.    Polio
145.    Infeksi HIV Pada Anak
146.    Herpes Pada Bayi Baru Lahir
147.    Panensefalitis Sklerotik Subakut
148.    Panensefalitis Rubella Progresif
149.    Roseola Infantum
150.    Eritema Infeksiosa
151.    Infeksi Virus Sinsisial Pernafasan
152.    Infeksi Sistem Saraf Pusat


Campak

Campak (Rubeola, Campak 9 hari) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit.

Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak.
Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada.

Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD.
Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini.
PENYEBAB

Campak disebabkan oleh paramiksovirus.

Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak.
Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.

Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun).
Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah:
- bayi berumur lebih dari 1 tahun
- bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
- remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.
GEJALA

Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa:
- nyeri tenggorokan
- hidung meler
- batuk
- nyeri otot
- demam
- mata merah
- fotofobia (rentan terhadap cahaya, silau).

2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik).
Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala diatas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai memudar.

Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya mencapai 40? Celsius.
3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.


KOMPLIKASI

Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius.
Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak:

   1. Infeksi bakteri
      - Pneumonia
      - Infeksi telinga tengah
   2. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga pendeita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan
   3. Ensefalitis (inteksi otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan ruam kulit yang khas.

Pemeriksaan lain yang mungkin perlu dilakukan:
- pemeriksaan darah
- pembiakan virus
- serologi campak.


PENGOBATAN

Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani tirah baring.
Untuk menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen.
Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik.

PENCEGAHAN

Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak.
Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas.

Jika hanya mengandung campak, vaksin dibeirkan pada umur 9 bulan.
Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.
 

Campak Jerman

Campak Jerman (Rubella, Campak 3 hari) adalah suatu infeksi virus menular, yang menimbulkan gejala yang ringan (misalnya nyeri sendi dan ruam kulit).

Berbeda dengan campak, rubella tidak terlalu menular dan jarang menyerang anak-anak.
Jika menyerang wanita hamil (terutama pada saat kehamilan berusia 8-10 minggu), bisa menyebabkan keguguran, kematian bayi dalam kandungan atau kelainan bawaan pada bayi.

PENYEBAB
Penyebabnya adalah virus.

Virus rubella ditularkan melalui percikan ludah penderita atau karena kontak dengan penderita. Penyakit ini juga ditularkan dari ibu hamil kepada janin yang berada di dalam kandungannya.
Penderita bisa menularkan penyakit ini pada saat 1 minggu sebelum munculnya ruam sampai 1 minggu setelah ruam menghilang.
Bayi baru lahir yang terinfeksi ketika masih berada dalam kandungan, selama beberapa bulan setelah lahir, bisa menularkan penyakit ini.

Kekebalan seumur hidup diperoleh setelah menderita penyakit ini.
Wabah bisa terjadi dengan interval 6-9 tahun.

Sindroma rubella kongenital terjadi pada 25% atau lebih bayi yang lahir dari ibu yang menderita rubella pada trimester pertama. Jika ibu menderita infeksi ini setelah kehamilan berusia lebih dari 20 minggu, jarang terjadi kelainan bawaan pada bayi.
Kelainan bawaan yang bisa ditemukan pada bayi baru lahir adalah tuli, katarak, mikrosefalus, keterbelakangan mental, kelainan jantung bawaan dan kelainan lainnya.

GEJALA
Gejala mulai timbul dalam waktu 14-21 hari etelah terinfeksi.

Pada anak-anak, gejalanya diawali dengan rasa tidak enak badan selama 1-5 hari, demam yang tidak begitu tinggi (38? Celsius), disertai pembengkakan kelenjar getah bening kepala dan leher, kadang disertai nyeri sendi. Tidak terdapat nyeri tenggorokan, tetapi tenggorokan hanya terlihat agak merah.
Pada dewasa, gejala awal tersebut sifatnya ringan atau sama sekali tidak timbul.

Ruam (kemerahan kulit) muncul dan berlangsung selama 3 hari. Pada mulanya ruam timbul di wajah dan leher, lalu menyebar ke batang badan, lengan dan tungkai.
Pada langit-langit mulut timbul bintik-bintik kemerahan.



DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala.
Diagnosis pasti pada ibu hamil bisa ditegakkan melalui pengukuran kadar antibodi terhadap virus rubella.


KOMPLIKASI

Kebanyakan anak-anak mengalami penyembuhan total.
Anak laki-laki atau pria dewasa kadang mengalmi nyeri pada testis (buah zakar) yang bersifat sementara.
Sepertiga wanita mengalami nyeri sendi atau artritis.

Pada wanita hamil, campak Jerman bisa menyebabkan keguguran, kematian bayi dalam kandungan ataupun keguguran.

Kadang terjadi infeksi telinga (otitis media). Infeksi otak (ensefalitis) jarang terjadi.

PENGOBATAN
Tidak ada pengobatan khusus untuk campak Jerman.
Untuk menurunkan panas bisa diberikan asetaminofen.

PENCEGAHAN
Vaksin rubella merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak=-kanak.
Vaksin MMR diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.

Wanita usia subur bisa menjalani pemeriksaan serologi untuk rubella.
Jika tidak memiliki antibodi, diberikan imunisasi dan baru boleh hamil 3 bulan setelah penyuntikan.
Vaksinasi sebaiknya tidak diberikan ketika ibu sedang hamil atau kepada orang yang mengalami gangguan sistem kekebalan akibat kanker, terapi kortikosteroid maupun terapi penyinaran.
 
 
 

Gondongan

Gondongan (Mumps, Parotitis Epidemika) adalah suatu infeksi virus menular yang menyebabkan pembengkakan pada kelenjar liur disertai nyeri.

PENYEBAB
Mumps disebabkan oleh paramyxovirus.
Virus ini ditularkan melalui percikan ludah yang berasal dari bersin atau batuk penderita atau karena bersentuhan langsung dengan benda-benda yang terkontaminasi oleh ludah penderita.

Jika dibandingkan dengan campak atau cacar air, gondongan tidak terlalu menular.
Kebanyakan penyakit ini menyerang anak-anak yang berumur 2-12 tahun. Jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 2 tahun.
Jika seseorang pernah menderita gondongan, maka dia akan memiliki kekebalan seumur hidupnya.

Yang terkena biasanya adalah kelenjar parotis, yaitu kelenjar ludah yang terletak diantara telinga dan rahang.
Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya.
Masa inkubasi adalah 12-24 hari.

GEJALA
Gejala timbul dalam waktu 12-24 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa:
- menggigil
- sakit kepla
- nafsu makan berkurang
- merasa tidak enak badan
- demam ringan sampai sedang (terjadi 12-24 jam sebelum 1 atau beberapa kelanjar liur membengkak).
Tetapi 25-30% penderita tidak menunjukkan gejala-gejala tersebut.

Gejala pertama dari infeksi kelenjar ludah adalah nyeri ketika mengunyah atau menelan, terutama jika menelan cairan asam (misalnya jus jeruk). Jika kelenjar liur disentuh, akan timbul nyeri. Pada saat ini suhu biasanya naik sampai 38,9-40? Celsius. Pembengkakan terjadi pada hari kedua.

Gejala lain yang mungkin ditemukan:
- nyeri testis
- benjolan di testis
- pembengkakan skrotum (kantung zakar).


KOMPLIKASI

Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit, tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu.

Komplikasi bisa terjadi pada organ selain kelenjar liur, terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas.
Komplikasi bisa terjadi sebelum, selama maupun sesudah kelenjar liur membengkak; atau terjadi tanpa disertai pembengkakan kelenjar liur.

   1. Orkitis ; peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen sehingga terjadi kemandulan.
   2. Ovoritis : peradangan pada salah satu atau kedua indung telus. Timbul nyeri perut yang ringan dan jarang menyebabkan kemandulan.
   3. Ensefalitis atau meningitis : peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau kejang.
      5-10% penderita mengalami meningitis dan kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000 penderita yang mengalami enserfalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen, seperti ketulian atau kelumpuhan otot wajah.
   4. Pankreatitis : peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total.
   5. Peradangan ginjal bisa menyebabkan penderita mengeluarkan air kemih yang kental dalam jumlah yang banyak
   6. Peradangan sendi bisa menyebabkan nyeri pada satu atau beberapa sendi.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik yang menunjukkan adanya pembengkakan di daerah temporomandibuler (antara telinga dan rahang).
Biasanya tidak perlu dilakukan pemeriksaan khusus.

PENGOBATAN
Karena terdapat gangguan menelan/mengunyah, sebaiknya diberikan makanan lunak dan hindari minuman asam karena bisa menimbulkan nyeri.
Daerah pipi/leher bisa juga dikompres secara bergantian dengan panas dan dingin.
Obat pereda nyeri (misalnya asetaminofen dan ibuprofen) bisa digunakan untuk mengatasi sakit kepala dan tidak enak badan. Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak karena memiliki resiko terjadinya sindroma Reye.

Jika terjadi pembengkakan testis, sebaiknya penderita menjalani tirah baring.
Untuk mengurangi nyeri, bisa dikompres dengan es batu.

Jika terjadi mual dan muntah akibat pankreatitis, bisa diberikan cairan melalui infus.

PENCEGAHAN
Vaksinasi gondongan merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak.
Vaksin gondongan biasanya terdapat dalam bentuk kombinasi dengan campak dan rubella (MMR), yang disuntikkan melalui otot paha atau lengan atas.
 
 
 

Polio

Polio (Poliomielitis) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang menyerang seluruh tubuh (termasuk otot dan saraf) dan bisa menyebabkan kelemahan otot yang sifatnya permanen, kelumpuhan atau kematian.

PENYEBAB
Penyebabnya adalah virus polio.

Penularan virus terjadi melalui beberapa cara:
- Secara langsung dari orang ke orang
- Melalui percikan ludah penderita
- Melalui tinja penderita.
Virus masuk melalui mulut dan hidung, berkembangbiak di dalam tenggorokan dan saluran pencernaan, lalu diserap dan diserbarkan melalui sistem pembuluh darah dan pembuluh getah bening.

Resiko terjadinya polio:
# Belum mendapatkan imunisasi polio
# Bepergian ke daerah yang masih sering ditemukan polio
# Kehamilan
# Usia sangat lanjut atau sangat muda
# Luka di mulut/hidung/tenggorokan (misalnya baru menjalani pengangkatan amandel atau pencabutan gigi)
# Stres atau kelelahan fisik yang luar biasa (karena stres emosi dan fisik dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh).

GEJALA
Terdapat 3 pola dasar pada infeksi polio:
- Infeksi subklinis
- Non-paralitik
- Paralitik.
95% kasus merupakan infeksi subklinis.
Poliomielitis klinis menyerang sistem saraf pusat (otak dan korda spinalis) serta erbagi menjadi non-paralitik serta paralitik. Infeksi klinis bisa terjadi setelah penderita sembuh dari suatu infeksi subklinis.

   1. Infeksi subklinis (tanpa gejala atau gejala berlangsung selama kurang dari 72 jam)
      - demam ringan
      - sakit kepala
      - tidak enak badan
      - nyeri tenggorokan
      - tenggorokan tampak merah
      - muntah.
   2. Poliomielitis non-paralitik (gejala berlangsung selama 1-2 minggu)
      - demam sedang
      - sakit kepala
      - kaku kuduk
      - muntah
      - diare
      - kelelahan yang luar biasa
      - rewel
      - nyeri atau kaku punggung, lengan, tungkai, perut
      - kejang dan nyeri otot
      - nyeri leher
      - nyeri leher bagian depan
      - kaku kuduk
      - nyeri punggung
      - nyeri tungkai (otot betis)
      - ruam kulit atau luka di kulit yang terasa nyeri
      - kekakuan otot.
   3. Poliomielitis paralitik
      - demam timbul 5-7 hari sebelum gejala lainnya
      - sakit kepala
      - kaku kuduk dan punggung
      - kelemahan otot asimetrik
      - onsetnya cepat
      - segera berkembang menjadi kelumpuhan
      - lokasinya tergantung kepada bagian korda spinalis yang terkena
      - perasaan ganjil/aneh di daerah yang terkena (seperti tertusuk jarum)
      - peka terhadap sentuhan (sentuhan ringan bisa menimbulkan nyeri)
      - sulit untuk memulai proses berkemih
      - sembelit
      - perut kembung
      - gangguan menelan
      - nyeri otot
      - kejang otot, terutama otot betis, leher atau punggung
      - ngiler
      - gangguan pernafasan
      - rewel atau tidak dapat mengendalikan emosi
      - refleks Babinski positif.


KOMPLIKASI

Komplikasi yang paling berat adalah kelumpuhan yang menetap. Kelumpuhan terjadi sebanyak kurang dari 1 dari setiap 100 kasus, tetapi kelemahan satu atau beberapa otot, sering ditemukan.

Kadang bagian dari otak yang berfungsi mengatur pernafasan terserang polio, sehingga terjadi kelemahan atau kelumpuhan pada otot dada.

Beberapa penderita mengalami komplikasi 20-30 tahun setelah terserang polio. Keadaan ini disebut sindroma post-poliomielitis, yang terdiri dari kelemahan otot yang progresif, yang seringkali menyebabkan kelumpuhan.


DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan terhadap contoh tinja untuk mencari poliovirus dan pemeriksaan terhadap darah untuk menentukan titer antibodi.
Pembiakan virus diambil dari lendir tenggorokan, tinja atau cairan serebrospinal.
Pemeriksan rutin terhadap cairan serebrospinal memberikan hasil yang normal atau tekanan, protein serta sel darah putihnya agak meningkat.

PENGOBATAN
Polio tidak dapat disembuhkan dan obat anti-virus tidak mempengaruhi perjalanan penyakit ini.
Jika otot-otot pernafasan menjadi lemah, bisa digunakan ventilator.

Tujuan utama pengobatan adalah mengontrol gejala sewaktu infeksi berlangsung. Perlengkapan medis vital untuk menyelamatkan nyawa, teruatma membantu pernafasan mungkin diperlukan pada kasus yang parah. Jika terjadi infeksi saluran kemih, diberikan antibiotik.
Untuk mengurangi sakit kepala, nyeri dan kejang otot, bisa diberikan obat pereda nyeri. Kejang dan nyeri otot juga bisa dikurangi dengan kompres hangat.

Untuk memaksimalkan pemulihan kekuatan dan fungsi otot mungkin perlu dilakukan terapi fisik, pemakaian sepatu korektif atau penyangga maupun pembedahan ortopedik.


PROGNOSIS

Prognosis tergantung kepada jenis polio (subklinis, non-paralitik atau paralitik) dan bagian tubuh yang terkena.
Jika tidak menyerang otak dan korda spinalis, kemungkinan akan terjadi pemulihan total.
Jika menyerang otak atau korda spinalis, merupakan suatu keadaan gawat darurat yang mungkin akan menyebabkan kelumpuhan atau kematian (biasanya akbiat gangguan pernafasan).

PENCEGAHAN
Vaksin polio merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak.
Terdapat 2 jenis vaksin polio:
# Vaksin Salk, merupakan vaksin virus polio yang tidak aktif
# Vaksin Sabin, merupakan vaksin virus polio hidup.
Yang memberikan kekebalan yang lebih baik (sampai lebih dari 90%) dan yang lebih disukai adalah vaksin Sabin per-oral (melalui mulut).
Tetapi pada penderita gangguan sistem kekebalan, vaksin polio hidup bisa menyebabkan polio. Karena itu vaksin ini tidak diberikan kepada penderita gangguan sistem kekebalan atau orang yang berhubungan dekat dengan penderita gangguan sistem kekebalan karean virus yang hidup dikeluarkan melalui tinja.

Dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio dan hendak mengadakan perjalanan ke daerah yang masih sering terjadi polio, sebaiknya menjalani vaksinasi terlebih dahulu.
 
 
 

Infeksi HIV Pada Anak

Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu infeksi virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih dan menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome).

Stadium akhir dari infeksi HIV adalah AIDS.
AIDS adalah suatu keadaan dimana penurunan sistem kekebalan tubuh yang didapat menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh terhadap penyakit sehingga terjadi infeksi, beberapa jenis kanker dan kemunduran sistem saraf.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV mungkin tidak menderita AIDS; sedangkan yang lainnya baru menimbulkan gejala beberapa tahun setelah terinfeksi.

Infeksi HIV yang berakhir menjadi AIDS, telah menjadi penyebab utama kematian pada anak-anak.
Pada tahun 1995 CDC (Centers for Disease Control and Prevention) telah menerima laporan tentang jumlah anak yang terinfeksi oleh HIV pada saat lahir, yaitu sebanyak 5500 anak.

Infeksi HIV dan AIDS terutama menyerang dewasa muda, anak-anak atau remaja hanya sekitar 2%.

PENYEBAB
Penyebab terjadinya infeksi HIV adalah virus HIV-1 atau virus HIV-2 (lebih jarang).

3 cara penularan virus kepada anak-anak:

   1. Ketika anak masih berada dalam kandungan
   2. Pada saat proses persalinan berlangsung
   3. Melalui ASI.

GEJALA
Infeksi sebelum selama atau segera setelah lahir, tidak langsung menampakkan gejala.
Pada 10-20% kasus, gejala baru timbul pada saat anak berumur 1-2 tahun; sedangkan pada 80-90% kasus, gejalanya baru timbul beberapa tahun kemudian.
Sekitar 50% anak-anak yang terinfeksi HIV, terdiagnosis menderita AIDS pada usia 3 tahun.

Gejala awal yang biasa ditemukan pada anak yang terinfeksi HIV:
# Pertumbuhan yang jelek, penurunan berat badan, demam yang berlangsung lama atau berulang, diare yang menetap atau berulang, pembengkakan kelenjar getah bening, pembesaran hati dan limpa, pembengkakan dan peradangan kelenjar liur di pipi
# Infeksi jamur yang menetap atau berulang (thrush) di mulut atau daerah yang tertutup popok
# Infeksi bakteri berulang (misalnya infeksi telinga tengah, pneumonia dan meningitis)
# Infeksi oportunistik virus, jamur dan parasit
# Keterlambatan atau kemunduran perkembangan sistem saraf.

Sejumlah gejala dan komplikasi bisa timbul karena adanya penurunan sistem kekebalan.
Sekitar sepertiga anak-anak yang terinfeksi HIV, menderita peradangan paru-paru (pneumonitis interstisial limfositik), biasanya pada tahun-tahun pertama. Gejalanya berupa batuk atau pembengkakan ujung jari tangan (clubbing), tergantung kepada beratnya penyakit.

Pneumonia pneumokistik karena organisme Pneumocystis carinii merupakan ancaman yang serius pada anak-anak.
Anak-anak yang terlahir dengan infeksi HIV biasanya mengalami serangan pneumonia pneumokistik minimal 1 kali pada 15 bulan pertama.
Pneumonia pneumokistik merupakan penyebab utama kematian pada anak-anak dan orang dewasa yang menderita AIDS.

Pada sejumlah anak-anak yang terinfeksi oleh HIV, kerusakan otak yang progresif menyebabkan anak mengalami gangguan atau keterlambatan perkembangan, misalnya berjalan dan berbicara.
Mereka juga mengalami gangguan kecerdasan serta memiliki kepala yang ukurannya relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran tubuhnya.
20% dari mereka mengalami penurunan kemampuan sosial dan berbahasa serta penurunan pengendalian otot. Bisa terjadi kelumpuhan parsial atau langkahnya menjadi goyah atau ototnya menjadi kaku.

Beberapa anak menderita hepatitis (peradangan hati) dan gagal ginjal atau gagal jantung.
Kanker jarang terjadi pada anak-anak, tetapi kadang ditemukan limfoma non-Hodgkin dan limfoma otak. Sarkoma Kaposi sangat jarang menyerang anak-anak.

Bayi yang terlahir dengan infeksi HIV biasanya memiliki berat badan lahir yang rendah. Dalam waktu 2-3 bulan, penambahan berat badannya juga jelek.

Pada anak-anak yang terinfeksi oleh HIV, bisa terjadi infeksi oportunistik berikut;
# Pneumonia pneumokistik
# Pneumonia interstisial limfoid (pneumonia yang menjadi kronis dan kadang ditandai dengan batuk serta sesak nafas)
# Infeksi bakteri
# Meningitis
# Infeksi jamur
# Esofagitis (peradangan kerongkongan)
# Kandidiasis (infeksi jamur)
# Infeksi virus
# Herpes
# Herpes zoster
# Infeksi parasit.

Pada anak-anak jarang terjadi keganasan.
2 masalah utama yang sering ditemukan pada anak-anak yang terinfeksi HIV atau menderita AIDS adalah wasting syndrome (ketidakmampuan untuk mempertahankan berat badan akibat berkurangnya nafsu makan sebagai respon terhadap infeksi HIV) dan ensefalopati HIV atau demensia AIDS (infeksi otak yang dapat menyebabkan pembengkakan atau penciutan otak).
Wasting syndrome kadang dapat diatasi dengan menjalani konsultasi diet, sedangkan ensefalopati sulit untuk diobati.

DIAGNOSA
Pada bayi baru lahir, pemeriksaan darah standar untuk antibodi HIV tidak bersifat diagnostik karena jika ibunya terinfeksi HIV, maka darah bayi hampir selalu mengandung antibodi HIV.
Antibodi ini akan tetap berada dalam darah bayi selama 12-18 bulan. Jika bayi tidak terinfeksi, maka setelah berumur 18 bulan, antibodi ini akan menghilang; tetapi jika bayi terinfeksi, maka antibodi HIV tetap ditemukan dalam darahnya.

Karena itu untuk mendiagnosis infeksi HIV pada bayi yang berumur kurang dari 18 bulan dilakukan pemeriksaan darah khusus, yaitu reaksi rantai polimerase (PCR, polymerase chain reaction), tes antigen p24 atau pembiakan virus HIV.
Untuk bayi yang berumur lebih dari 18 bulan dilalukan pemeriksaan darah standar untuk infeksi HIV.

PENGOBATAN
Pada saat ini sudah banyak obat yang bisa digunakan untuk menangani infeksi HIV:

   1. Nucleoside reverse transcriptase inhibitor
      - AZT (zidovudin)
      - ddI (didanosin)
      - ddC (zalsitabin)
      - d4T (stavudin)
      - 3TC (lamivudin)
      - Abakavir
   2. Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor
      - Nevirapin
      - Delavirdin
      - Efavirenz
   3. Protease inhibitor
      - Saquinavir
      - Ritonavir
      - Indinavir
      - Nelfinavir.


Semua obat-obatan tersebut ditujukan untuk mencegah reproduksi virus sehingga memperlambat progresivitas penyakit.
HIV akan segera membentuk resistensi terhadap obat-obatan tersebut bila digunakan secara tunggal. Pengobatan paling efektif adalah kombinasi antara 2 obat atau lebih, Kombinasi obat bisa memperlambat timbulnya AIDS pada penderita HIV positif dan memperpanjang harapan hidup.
Dokter kadang sulit menentukan kapan dimulainya pemberian obat-obatan ini. Tapi penderita dengan kadar virus yang tinggi dalam darah harus segera diobati walaupun kadar CD4+nya masih tinggi dan penderita tidak menunjukkan gejala apapun.

AZT, ddI, d4T dan ddC menyebabkan efek samping seperti nyeri abdomen, mual dan sakit kepala (terutama AZT).
Penggunaan AZT terus menerus bisa merusak sumsum tulang dan menyebabkan anemia.
ddI, ddC dan d4T bisa merusak saraf-saraf perifer. ddI bisa merusak pankreas.
Dalam kelompok nucleoside, 3TC tampaknya mempunyai efek samping yang paling ringan.

Ketiga protease inhibitor menyebabkan efek samping mual dan muntah, diare dan gangguan perut.
Indinavir menyebabkan kenaikan ringan kadar enzim hati, bersifat reversibel dan tidak menimbulkan gejala, juga menyebabkan nyeri punggung hebat (kolik renalis) yang serupa dengan nyeri yang ditimbulkan batu ginjal.
Ritonavir dengan pengaruhnya pada hati menyebabkan naik atau turunnya kadar obat lain dalam darah.
Kelompok protease inhibitor banyak menyebabkan perubahan metabolisme tubuh seperti peningkatan kadar gula darah dan kadar lemak, serta perubahan distribusi lemak tubuh (protease paunch).

Penderita AIDS diberi obat-obatan untuk mencegah infeksi ooportunistik.
Penderita dengan kadar limfosit CD4+ kurang dari 200 sel/mL darah mendapatkan kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol untuk mencegah pneumonia pneumokistik dan infeksi toksoplasma ke otak.
Penderita dengan limfosit CD4+ kurang dari 100 sel/mL darah mendapatkan azitromisin seminggu sekali atau klaritromisin atau rifabutin setiap hari untuk mencegah infeksi Mycobacterium avium.
Penderita yang bisa sembuh dari meningitis kriptokokal atau terinfeksi candida mendapatkan flukonazol jangka panjang.
Penderita dengan infeksi herpes simpleks berulang mungkin memerlukan pengobatan asiklovir jangka panjang.


PROGNOSIS

Pemaparan terhadap HIV tidak selalu mengakibatkan penularan, beberapa orang yang terpapar HIV selama bertahun-tahun bisa tidak terinfeksi. Di sisi lain seseorang yang terinfeksi bisa tidak menampakkan gejala selama lebih dari 10 tahun.
Tanpa pengobatan, infeksi HIV mempunyai resiko 1-2 % untuk menjdi AIDS pada beberapa tahun pertama. Resiko ini meningkat 5% pada setiap tahun berikutnya.

Resiko terkena AIDS dalam 10-11 tahun setelah terinfeksi HIV mencapai 50%.
Sebelum diketemukan obat-obat terbaru, pada akhirnya semua kasus akan menjadi AIDS.

Pengobatan AIDS telah berhasil menurunkan angka infeksi oportunistik dan meningkatkan angka harapan hidup penderita.
Kombinasi beberapa jenis obat berhasil menurunkan jumlah virus dalam darah sampai tidak dapat terdeteksi. Tapi belum ada penderita yang terbukti sembuh.

Teknik penghitungan jumlah virus HIV (plasma RNA) dalam darah seperti polymerase chain reaction (PCR) dan branched deoxyribonucleid acid (bDNA) test membantu dokter untuk memonitor efek pengobatan dan membantu penilaian prognosis penderita.
Kadar virus ini akan bervariasi mulai kurang dari beberapa ratus sampai lebih dari sejuta virus RNA/mL plasma.

Pada awal penemuan virus HIV, penderita segera mengalami penurunan kualitas hidupnya setelah dirawat di rumah sakit. Hampir semua penderita akan meninggal dalam 2 tahun setelah terjangkit AIDS.
Dengan perkembangan obat-obat anti virus terbaru dan metode-metode pengobatan dan pencegahan infeksi oportunistik yang terus diperbarui, penderita bisa mempertahankan kemampuan fisik dan mentalnya sampai bertahun-tahun setelah terkena AIDS. Sehingga pada saat ini bisa dikatakan bahwa AIDS sudah bisa ditangani walaupun belum bisa disembuhkan.

PENCEGAHAN
Pencegahan penularan HIV dari ibu kepada bayinya dilakukan dengan cara memberikan obat anti-HIV.
Kepada ibu hamil yang diketahui terinfeksi HIV, pada trimester kedua dan ketiga (6 bulan terakhir) diberikan AZT per-oral (melalui mulut), sedangkan pada saat persalinan diberikan AZT melalui infus.
Kepada bayi baru lahir diberikan AZT selama 6 minggu.
Tindakan tersebut telah berhasil menurunkan angka penularan HIV dari ibu kepada bayinya, dari 25% menjadi 8%.

Pada persalinan normal, kemungkinan penularan HIV lebih besar, karena itu pada ibu hamil yang terinfeksi HIV kadang dianjurkan untuk menjalani operasi sesar.

Resiko penularan melalui ASI relatif rendah.
Jika tersedia susu formula yang baik dan air yang bersih, maka sebaiknya ibu yang terinfeksi HIV tidak memberikan ASI kepada bayinya.
Jika air yang tersedia tidak bersih sehingga besar kemungkinannya untuk terjadi diare atau kekurangan gizi, maka sebaiknya ibu tetap memberikan ASI kepada bayinya karena pemberian ASI lebih menguntungkan bagi kesehatan bayinya. 
 
 
 

Herpes Pada Bayi Baru Lahir

Herpes Simpleks pada bayi baru lahir merupakan suatu infeksi virus yang serius, yang menyerang organ utama (otak, hati, paru-paru) dan seringkali menyebabkan kerusakan yang permanen atau kematian.

Infeksi bisa terjadi sebelum atau setelah bayi lahir.
Ibu dari bayi biasanya tidak menyadari bahwa dia menderita herpes simpleks dan tidak menunjukkan gejala-gejalanya.

PENYEBAB
Penyebabnya adalah virus herpes simpleks.

GEJALA
Gejala biasanya mulai muncul pada minggu pertama sampai minggu kedua.
Ruam kulit terbentuk sebagai lepuhan kecil berisi cairan, tetapi 45% bayi yang menderita herpes tidak memiliki ruam ini.

Jika tidak segera diobati, akan timbul gejala yang lebih serius dalam waktu 7-10 hari:
- suhu tubuh yang turun-naik
- kejang akibat infeksi otak
- otot yang kendur
- gangguan pernafasan
- peradangan hati (hepatitis)
- pembentukan bekuan darah di dalam pembuluh darah yang menyebar.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya lepuhan berisi cairan.

Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan pembiakan terhadap contoh cairan dari lepuhan.
Virus juga dapat ditemukan dalam air kemih, lendir dari kelopak mata atau hidung, carah atau cairan serebrospinal.

PENGOBATAN
Obat anti-virus asiklovir diberikan melalui infus.
Infeksi mata juga diobati dengan tetes mata atau salep trifluridin dan salep idoksuridin.

PROGNOSIS

Tanpa pengobatan, 85% bayi dengan penyakit yang menyebar akan meninggal.
Jika penyakitnya terbatas pada kulit, mata dan mulut, jarang terjadi kematian; tetapi 30% diantaranya mengalami kerusakan otak atau saraf yang baru muncul pada saat usia anak mencapai 2-3 tahun
 
 

Panensefalitis Sklerotik Subakut

Panensefalitis sklerotik subakut cenderung terjadi beberapa tahun setelah menderita campak, meskipun pemulihan campak tampaknya normal.
Penyakit ini lebih sering ditemukan pada pria, dan lebih sering ditemukan pada anak-anak dan remaja.

GEJALA
Gejala awalnya bisa berupa:
- Prestasi yang buruk di sekolah
- Pelupa
- Emosinya meledak-ledak
- Perhatiannya mudah dialihkan
- Sukar tidur
- Halusinasi.

Kejang timbul sebagai kedutan otot lengan, kepala maupun seluruh tubuh.
Tingkat kecerdasannya terus menurun dan kemampuan berbahasanya juga berubah.
Otot-ototnya menjadi kaku sehingga terjadi gangguan menelan. Bisa terjadi kebutaan.
Pada stadium akhir, suhu tubuhnya meningkat dan tekanan darah serta denyut nadinya menjadi abnormal.

Gejala lainnya yang bisa terjadi:
- Perubahan perilaku
- Perilaku yang aneh
- Demensia (kemunduran mental)
- Langkah kakinya goyah
- Koma
- Kaku atau lemas.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan diperkuat oleh:
- Pemeriksan darah yang menunjukkan tingginya kadar antibodi terhadap virus campak
- Elektro ensefalogram
- MRI atau CT scan otak
- Imunoelektroforesa cairan serebrospinal.

PENGOBATAN
Tidak ada pengobatan khusus untuk panensefalitis sklerotik akut. Tidak ada yang dapat dilakukan untuk menghentikan progresifitas penyakit ini.
Untuk mengurangi atau mengendalikan kejang, bisa diberikan obat anti kejang.

Setelah 1-3 tahun, penyakit ini hampir selalu berakibat fatal.
Penyebab kematian adalah pneumonia, yang timbul akibat kelemahan dan kontrol otot yang abnormal. 
 
 
 
 

Panensefalitis Rubella Progresif

Panensefalitis Rubella Progresif adalah suatu kelainan otak progresif yang sangat jarang terjadi, yang ditemukan pada anak-anak dengan kelainan bawaan karena ketika masih berada dalam kandungan, ibunya menderita rubella (campak Jerman).

PENYEBAB
Penyebabnya adalah virus campak Jerman.

Ibu hamil yang menderita rubella pada trimester pertama bisa melahirkan bayi yang memiliki kelainan bawaan, seperti tuli, katarak, mikrosefalus (kepala berukuran kecil) dan keterbelakangan mental.
Selain itu, virus juga bisa sampai ke otak dan tetap berada di dalam otak dalam keadaan tidak aktif. Pada saat usia anak bertambah (terutama pada awal masa remaja), tanpa alasan tertentu, virus bisa kembali aktif dan menyebabkan panensefalitis rubella progresif.

GEJALA
Gejalanya berupa:
- Kelemahan otot yang semakin memburuk
- Koordinasi yang buruk
- Kemunduran mental
- Kejang.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut:
- Pemeriksaan darah menunjukkan tingginya kadar antibodi terhadap rubella
- MRI atau CT scan otak.

PENGOBATAN
Tidak ada pengobatan khusus untuk panensefalitis rubella progresif.
Untuk mengurangi atau meringankan kejang bisa diberikan obat anti kejang. 
 
 
 

Roseola Infantum

Roseola Infantum adalah suatu penyakit virus menular pada bayi atau anak-anak yang sangat muda, yang menyebabkan ruam dan demam tinggi.

Roseola biasanya menyerang anak yang berumur 6 bulan - 3 tahun.

PENYEBAB
Penyebabnya adalah virus herpes tipe 6 dan 7.
Virus disebarkan melalui percikan ludah penderita.

Masa inkubasi (masa dari mulai terinfeksi sampai timbulnya gejala) adalah sekitar 5-15 hari.
Biasanya penyakit ini berlangsung selama 1 minggu.

GEJALA
Demam timbul secara tiba-tiba, mencapai 39,4-40,6? Celsius dan berlangsung selama 3-5 hari. Meskipun demam tinggi, tetapi anak tetap sadar dan aktif.
Pada saat suhu tubuh mulai tinggi, 5-10% penderita mengalami kejang demam (kejang akibat demam tinggi).

Bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di belakang kepala, leher sebelah samping dan di belakang telinga.
Limpa juga agak membesar.
Pada hari keempat, demam biasanya mulai turun.

Sekitar 30% anak memiliki ruam (kemerahan di kulit), yang mendatar maupun menonjol, terutama di dada dan perut dan kadang menyebar ke wajah, lengan dan tungkai.
Ruam ini tidak menimbulkan rasa gatal dan berlangsung selama beberapa jam sampai 2 hari.


DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

PENGOBATAN
Untuk menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen. Kepada anak-anak tidak boleh diberikan aspirin karena bisa menyebabkan sindroma Reye.
Sebaiknya anak dikompres dengan menggunakan handuk atau lap yang telah dibasahi dengan air hangat (suam-suam kuku). Jangan menggunakan es batu, air dingin, alkohol maupun kipas angin.

Usahakan agar anak minum banyak air putih atau potongan-potongan es batu, larutan elektrolit atau kaldu.
Selama demam, sebaiknya anak menjalani tirah baring
 
 
 

Eritema Infeksiosa

Eritema Infeksiosa (5th Disease) adalah suatu infeksi virus menular yang ditandai dengan gejala yang ringan serta bintik-bintik atau ruam kemerahan, yang mulai timbul di pipi lalu menyebar ke lengan/tungkai.

PENYEBAB
Penyakit ini disebabkan oleh HPV B19 (human parvo virus).
Infeksi ini ditularkan melalui percikan ludah penderita. Infeksi juga bisa ditularkan dari ibu hamil kepada janinnya, dan kemungkinan menyebabkan lahir mati, anemia atau edema pada janin.

Penyakit ini biasanya berlangsung selama 5 hari, tetapi ruamnya bisa kambuh lagi dalam beberapa minggu dan biasanya kekambuhan ini disebabkan oleh pemaparan sinar matahari, panas, olah raga, demam maupun stres emosional.

GEJALA
Eritema infeksiosa biasanya berawal sebagai kemerahan di pipi (seperti bekas tamparan). Kemudian akan timbul ruam di lengan, tungkai dan batang tubuh.
Bagian tengah dari ruam ini warnanya lebih pucat (memudar).
Ruam biasanya berlangsung selama 1-2 minggu dan jarang disertai demam.

Kadang timbul sakit kepala dan nyeri sendi (arthralgia) yang sifatnya ringan.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan ruamnya yang khas.
Kadang dilakukan pengukuran titer antibodi untuk HPV B19.

PENGOBATAN
Biasanya tidak perlu diberikan pengobatan khusus untuk eritema infeksiosa.
Jika timbul demam atau nyeri sendi bisa diberikan asetaminofen. 
 
 
 

Infeksi Virus Sinsisial Pernafasan

Infeksi Virus Sinsisial Pernafasan (Infeksi RSV) adalah suatu infeksi virus menular yang menyerang paru-paru.

Angka kejadian infeksi RSV tertinggi ditemukan pada bayi berumur 2-6 bulan.
Biasanya penyakit ini berlangsung selama 7-14 hari, tetapi beberapa kasus ada yang berlangsung sampai 3 minggu.

Pada akhir infeksi RSV, tubuh membentuk kekebalan terhadap virus, tetapi kekebalan tersebut tidak pernah lengkap. Infeksi kembali terjadi, tetapi biasanya tidak seberat infeksi sebelumnya.

PENYEBAB
Penyebabnya adalah RSV (respiratory syncytial virus). RSV adalah virus yang menyebabkan infeksi pada paru-paru dan saluran pernafasan.
RSV mudah ditularkan melalui kontak fisik; menyentuh, mencium dan berjabatan tangan dengan penderita bisa menularkan infeksi RSV.
Penularan biasanya terjadi melalui percikan ludah atau benda-benda yang terkontaminasi oleh ludah penderita, dan dapat masuk ke dalam tubuh melalui mata maupun hidung. Di tangan, RSV bisa hidup selama setengah jam atau lebih. Virus juga bisa hidup selama beberapa jam pada tisu bekas.
Penularan tertinggi terjadi pada hari ke 2-4, tetapi partikel-partikel virusnya bisa terus menyebar sampai 2 minggu setelah hidung mulai mampet.

Pada bayi dan anak-anak yang masih sangat muda, RSV bisa menyebabkan pneumonia, bronkiolitis dan trakeobronkitis.
Pada orang dewasa dan anak-anak yang lebih besar, RSV biasanya menyebabkan infeksi saluran pernafasan yang ringan.

Resiko terjadinya infeksi RSV ditemukan pada bayi yang:
- Lahir prematur
- Menderita penyakit paru menahun
- Menderita gangguan sistem kekebalan
- Menderita penyakit jantung tertentu
- Menghirup asap rokok
- Tinggal di lingkungan yang sesak
- Kakaknya sudah bersekolah.

GEJALA
Pada anak yang berumur kurang dari 3 tahun, RSV bisa menyebabkan infeksi saluran pernafasan bagian bawah seperti bronkiolitis atau pneumonia, dan pada kasus yang lebih berat bisa terjadi kegagalan pernafasan.
Gejalanya mulai timbul dalam waktu 2-8 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa:
- hidung meler
- nyeri tenggorokan
- wheezing (bunyi nafas mengi)
- batuk berat
- demam tinggi
- takipneu (pernafasan yang cepat)
- sesak nafas
- sianosis (kulit tampak biru karena kekurangan oksigen)
- retraksi otot pada sela iga (karena anak berusaha keras untuk menarik nafas).

Pada anak-anak yang lebih besar dan pada orang dewasa, gejalanya cenderung lebih ringan, mungkin menyerupai influenza (hidung meler atau hidung tersumbat, nyeri tenggorokan, sakit kepala ringan, batuk ringan, demam rendah dan merasa tidak enak badan) atau sama sekali tidak menimbulkan gejala.
Pada anak yang sebelumnya pernah menderita infeksi RSV, gejalanya juga cenderung lebih ringan.

RSV bisa menyebabkan infeksi ulang pada anak yang sama, biasanya berupa gejala flu sedang sampai berat.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Pada pemeriksaan dengan stetoskop, akan terdengar wheezing maupun bunyi abnormal paru-paru lainnya.

Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
# Rontgen dada (bisa menunjukkan pneumonia atau bronkiolitis)
# Serologi RSV
# Analis gas darah arteri.

PENGOBATAN
Anak sebaiknya minum banyak cairan (baik air putih maupun jus buah) agar lendir hidung lebih encer dan mudah dikeluarkan.
Untuk mengencerkan lendir hidung, jika perlu, bisa digunakan tetes hidung yang mengandung larutan garam.

Untuk menurunkan demam sebaiknya gunakan asetaminofen, jangan memberikan aspirin kepada anak-anak karena memiliki resiko terjadinya sindroma Reye.

Infeksi RSV tidak diobati dengan antibiotik, karena antibiotik tidak dapat melawan virus. Jika terjadi pneumonia berat, kadang diberikan obat anti-virus ribavirin.
Bayi yang menderita pneumonia berat mungkin perlu dirawat di rumah sakit guna mendapatkan terapi pernafasan khusus, seperti oksigen yang lembab dan obat-obatan untuk membuka saluran pernafasan.

PENCEGAHAN
Cara yang paling sederhana untuk membantu mencegah terjadinya infeksi RSV adalah mencuci tangan sesering mungkin, terutama sebelum merawat bayi.
Beberapa tindakan berikut bisa membantu melindungi bayi dari infeksi RSV:
# Cuci tangan dengan sabun dan air hangat setiap kali sebelum merawat bayi
# Penderita pilek atau selesma sebaiknya tidak berada dekat bayi atau jika terpaksa, gunakan masker
# Mencium bayi dapat menularkan infeksi RSV
# Anak-anak sangat sering menderita infeksi RSV dan infeksi ini mudah menular diantara anak-anak, karena itu jauhkan mereka dari adiknya yang masih bayi
# Jangan merokok di dekat bayi karena asapnya menyebabkan meningkatnya resiko infeksi RSV.

Tindakan pencegahan terhadap infeksi RSV, yaitu immunoglobulin RSV dan palvizumab. Kedua bahan tersebut terbukti dapat mencegah terjadinya infeksi RSV pada anak yang berumur kurang dari 24 bulan.
Immunoglobulin RSV diberikan 1 kali/bulan melalui infus, palvizumab diberikan 1 kali/bulan melalui suntikan. 
 
 
 

Infeksi Sistem Saraf Pusat

Infeksi sistem saraf pusat teramat gawat. Meningitis mempengaruhi selaput yang melindungi otak dan spinal cord. Encephalitis mempengaruhi otak sendiri.

Virus yang menulari sistem saraf pusat (otak dan spinal cord) termasuk virus herpes, virus arbo, coxsackie virus, echo virus, dan entero virus. Beberapa infeksi ini mempengaruhi terutama meninges (jaringan yang menutupi otak dan spinal cord) dan menghasilkan radang selaput/meningitis. Yang lain mempengaruhi terutama otak dan menyebabkan radang otak. Infeksi yang mempengaruhi baik meninges maupun otak mengakibatkan meningoencephalitis. Radang selaput jauh lebih sering terjadi pada anak daripada radang otak.

Virus mempengaruhi sistem saraf pusat dengan dua cara. Mereka secara langsung menginfeksi dan menghancurkan sel di sistem saraf pusat selama sakit yang akut. Sesudah sembuh dari infeksi - di sistem saraf pusat atau di tempat lain pada tubuh - respon kekebalan tubuh atas infeksi kadang-kadang menyebabkan kerusakan sekunder pada sel di sekitar syaraf. Kerusakan sekunder ini (pasca-infeksi encephalomyelitis atau penyebaran encephalomyelitis akut) menyebabkan anak mempunyai gejala beberapa minggu sesudah kesembuhan dari sakit yang akut.

Anak memperoleh infeksi sistem saraf pusat lewat berbagai rute. Bayi baru lahir bisa terinfeksi herpesvirus lewat kontak dengan secret yang tertular di liang kelahiran. Infeksi virus lain diperoleh dari udara pernafasan yang tercemar dengan virus berisi droplets yang dikeluarkan oleh napas orang terinfeksi. Infeksi Arbovirus diperoleh dari gigitan oleh serangga terinfeksi.

Gejala dan pengobatan radang selaput dan radang otak virus pada anak dan remaja sama dengan pada orang dewasa. Karena sistem kekebalan tubuh masih berkembang pada bayi baru lahir dan bayi, infeksi berbeda bisa terjadi, dan ketidakmampuan bayi untuk menceritakan secara langsung mempersulit untuk mengerti gejala mereka. Namun demikian, biasanya bayi dengan infeksi sistem saraf pusat menyebabkan beberapa gejala digambarkan di bawah ini.

GEJALA

Infeksi sistem saraf pusat virus di bayi baru lahir dan bayi biasanya mulai dengan demam. Bayi baru lahir mungkin tidak mempunyai gejala lain dan pada awalnya mungkin tidak kelihatan sakit. Bayi usia lebih dari sebulan biasanya menjadi cepat-marah dan rewel dan menolak untuk makan. Muntah sering terjadi. Kadang-kadang ada area kecil di atas kepala bayi baru lahir (fontanelle) yang menonjol, menunjukkan pertambahan tekanan pada otak. Karena gangguan meninges diperburuk oleh gerak-gerik, seorang bayi dengan radang selaput mungkin menangis lebih sering, daripada menjadi tenang, kalau diambil dan digoncangkan. Beberapa bayi membuat jeritan yang tinggi yang aneh. Bayi dengan radang otak sering mengalami pingsan atau melakukan gerakan aneh. Bayi dengan radang otak hebat mungkin menjadi lesu dan koma lalu meninggal. Infeksi dengan herpes virus simpleks, yang sering dipusatkan hanya satu bagian otak, mungkin menyebabkan pingsan atau kelemahan muncul hanya satu bagian badan.

Post- Infectious encephalomyelitis mungkin menghasilkan banyak masalah neurologic, bergantung pada bagian otak yang rusak. Anak mungkin mempunyai kelemahan pada lengan atau kaki, kehilangan pandangan atau mendengar, keterbelakangan mental, atau pingsan berulang. Gejala ini mungkin tidak nyata sampai anak cukup tua untuk masalah untuk muncul selama pemeriksaan. Sering kali gejala hilang dengan berjalannya waktu, tetapi kadang-kadang permanen.

DIAGNOSA

Dokter mencermati tentang radang selaput atau radang otak pada setiap bayi baru lahir yang mengalami demam, seperti pada bayi yang lebih tua yang mengalami demam dan cepat-marah atau bertingkah tidak seperti biasanya. Bayi menjalani ketukan tulang belakang (lumbar menusuk untuk mendapatkan cairan cerebrospinal (CSF) untuk analisa laboratorium. Pada infeksi virus, jumlah lymphocytes (sejenis sel darah putih) bertambah di CSF, dan tak ada bakteri terlihat. Tes Immunologic yang mendeteksi antibodi melawan virus pada sampel CSF mungkin dilakukan, tetapi tes ini memakan waktu berhari-hari untuk selesai. Teknik reaksi Polymerase berantai (PCR) digunakan untuk mengenali jasad seperti herpesvirus dan enterovirus.

Tes gelombang otak (electroencephalogram bisa digunakan untuk menolong mendiagnosa radang otak yang disebabkan oleh herpesvirus. Magnetic resonance imaging (MRI) dan computerized tomography (CT) mungkin membantu menetapkan diagnosa. Sangat jarang, biopsi (pengambilan jaringan sampel untuk pemeriksaan) jaringan otak diperlukan untuk memutuskan apakah herpesvirus adalah penyebabnya.

PENGOBATAN

Prognosis sangat bervariasi tergantung jenis infeksi. Beberapa tipe radang selaput dan radang otak virus ringan, dan anak sembuh dengan cepat dan benar-benar sembuh. Tipe lain adalah parah. Infeksi oleh herpes virus simpleks benar-benar serius. Dengan pengobatan pun, 15% bayi baru lahir dengan infeksi herpes simpleks pada otak meninggal. Jika infeksi herpes melibatkan bagian badan lain seperti otak, kematian mencapai 50%. Hampir 30% dari orang yang selamat mempunyai satu macam cacat permanen neurologik.

Kebanyakan bayi hanya memerlukan perawatan pendukung - mereka perlu dijaga supaya tetap hangat dan diberi banyak cairan. Obat Antiviral tidak efektif untuk kebanyakan infeksi sistem saraf pusat. Tetapi, infeksi yang disebabkan oleh herpes virus simpleks bisa diobati dengan acyclovir yang diberikan dengan infus. 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar